Rasulullah SAW mengatakan dalam H.R Bukhari dan Muslim bahwa “barang
siapa yang ingin rizkinya diluaskan dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaklah menghubungkan tali silaturahim.”
Istilah silaturahim di tengah-tengah masyarakat kita sering diartikan
sebagai kegiatan kunjung-mengunjungi, saling bertegur sapa, saling
menolong, dan saling berbuat kebaikan. Namun, sesungguhnya bukan itu
makna silaturahim sesungguhnya. Silaturahim bukan hanya ditandai dengan
saling berbalasan salam tangan atau memohon maaf belaka. Bila mencermati
dari asal katanya, yakni shilat atau washl, yang berarti menyambungkan
atau menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang, maka
silaturahim diartikan sebagai menghubungkan kasih sayang antar sesama.
Dalam konteks politik nasional hari ini, sikap Presiden Terpilih Joko Widodo yang membangun silaturahim dengan seluruh komponen petinggi bangsa patut menjadi tauladan, terlepas dari apa maksud yang tersirat dari tujuan tersebut, namun setidaknya hal ini mencerminkan bahwa petinggi bangsa hari ini telah menunukkan sikap kenegerawan yang tinggi dan hal ini sesuai dengan kaidah-kaidah yang termaktub dalam Al Qur'an dan Al Hadist.
Silaturahim juga bermakna menghubungkan mereka yang sebelumnya terputus
hubungan atau interaksi, dan memberi kepada orang yang tidak memberi
kepada kita. Contohnya adalah ketika ada salah satu pihak yang lebih
dulu menyapa saudaranya (dalam hal ini Joko Widodo), sementara sebelumnya interaksi di antara
keduanya sedang tidak harmonis, maka dialah yang mendapat pahala lebih
besar. Dan juga silaturahim ditandai dengan hubungan dengan hati, yakni
keluasan hati. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw, bahwa
beliau bersabda, "Yang disebut bersilaturahim itu bukanlah seseorang
yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu
ialah menyambungkan apa yang telah putus" (HR Bukhari).
Terobosan yang dilakukan oleh Joko Widodo merupakan sikap yang mencerminkan moral anak bangsa yang berkarakter, dengan catatan kita mengkesampingkan politik pencitraan, yang kita rasakan mampu memberi kesejukan ditengah konstelasi politik bangsa yang sedang carut marut pasca Pilpres 2014.
Silaturahim pun memiliki fadhilah yang mustajab untuk
mendatangkan kebaikan; bahkan keburukan, bila memutuskannya. Sebagaimana
disabdakan oleh Rasul saw: "Tahukah kalian tentang sesuatu yang paling
cepat mendatangkan kebaikan ataupun keburukan? ‘Sesuatu yang paling
cepat mendatangkan kebaikan,’ sabda Rasulullah SAW, ‘adalah balasan
(pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menghubungkan tali silaturahmi,
sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan ialah balasan
(siksaaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali
persaudaraan" (HR Ibnu Majah).
Rasulullah Saw juga pernah bersabda bahwa “tidak akan masuk surga
orang yang memutuskan tali silaturahim.” Sudah ada balasan dari Allah
bagi orang yang bersilaturahim yaitu surge, dan sebaliknya bagi orang
yang memutuskan tali silaturahim yaitu neraka. Begitu besarnya balasan
Allah sehingga begitu besar juga cobaan yang akan dihadapi. Dalam cobaan
tersebut, hendaknya tidak mendahulukan hawa nafsu dan dendam, sehingga
akan hilang balasan surga dari Allah.
Rasulullah SAW memberikan tips kepada kita agar terjalin saling mencintai dengan sesama muslim, yakni:
- Tebarkan salam
- Menghubungkan tali silaturahim
- Memberi makan kepada yang membutuhkan.
Betapa pentingnya silaturahim dalam hubungan sesame, Rasulullah saw
berpesan “sayangilah apa yang ada di muka bumi, niscaya Allah dan
semesta alam akan menyayangimu” (H.R Tirmidzi), yang dapat diartikan
bahwa hak saling berkasih sayang dan silaturahim tidak terbatas pada
kerabat, tetapi sesama makhluk ciptaan Allah SWT.
Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk menyadari
bahwa silaturahmi tidak hanya tampilan lahiriah belaka, namun harus
melibatkan pula aspek hati. Dengan kombinasi amalan lahiriah dan amalan
hatinya, kita akan mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat silaturahmi
lebih baik. Kalau orang lain mengunjungi kita dan kita balas
mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang kuat. Namun,
bila ada orang yang tidak pernah bersilaturahmi kepada kita, lalu dengan
sengaja kita mengunjunginya, maka inilah yang disebut silaturahmi.
Apalagi bila kita bersilaturahmi kepada orang yang membenci kita atau
seseorang yang sangat menghindari pertemuan dengan kita, lalu kita
mengupayakan diri untuk bertemu dengannya. Inilah silaturahmi yang
sebenarnya.
Dalam sebuah hadis diungkapkan, "Maukah kalian aku tunjukkan amal
yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?" tanya Rasul pada
para sahabat. "Tentu saja," jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan,
"Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang
terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah,
menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali
persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya.
Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya,
hendaklah ia menyambungkan tali silaturahmi" (HR Bukhari Muslim).
Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT.
Dengan terhubungnya silaturahim, maka ukhuwah Islamiyah akan terjalin
dengan baik. Semoga genbrakan petinggi bangsa untuk kembali ke dalam suasana harmonis dan mengedepankan kepentingan bangsa ini mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang tidak hanya kuat... namun menjadi bangsa yang lebih bermartabat.
Semoga kita bisa meraih surga Nya dengan membina
silaturahim antar sesama.Diolah dari berbagai sumber